Sabar Ibadah Bukan Sumber Hilangnya Rezeki

Sabar Untuk Beribadah Bukan Penyebab Hilangnya Rezeki Yang ‘Sudah Di Depan Mata’ (Tafsir Surat Al-Jumu’ah ayat 11)





Untuk melengkapi pembahasan tafsir surat Al-Jumu’ah ayat 9 dan 10 ( Tidak sekedar mendatangi sholat Jum'ah)

Berikut ini akan disebutkan penjelasan ayat yang berikutnya, yaitu ke-11. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (11)

“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.”(al-Jumu’ah: 11)

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menjelaskan,
Mereka keluar dari masjid karena sangat bersemangat untuk mendapatkan permainan dan perdagangan itu, meninggalkan kebaikan, dan meninggalkan engkau (wahai Nabi Muhammad) ketika sedang berkhutbah.

Ini terjadi pada hari Jumat, ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam menyampaikan khutbah di hadapan manusia, tiba-tiba datanglah serombongan kafilah dari Madinah membawa barang dagangan. Ketika manusia mendengarnya, dalam keadaan mereka masih berada di dalam masjid, merekapun lantas keluar dari masjid meninggalkan Nabi shallallahu alaihi wasallam berkhutbah. Mereka terburu-buru mendapatkan sesuatu yang semestinya tidak perlu buru-buru untuk mendapatkannya. Mereka tinggalkan adab.

قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ
Katakanlah kepada mereka bahwa yang di sisi Allah berupa pahala dan ganjaran akan disediakan bagi orang yang senantiasa melakukan kebaikan dan bersabar menahan dirinya untuk tetap beribadah kepada Allah.

خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ
“Lebih baik daripada permainan dan perniagaan.”
Yaitu permainan dan perdagangan yang walaupun berhasil didapatkan apa yang diinginkan, namun sesungguhnya itu amatlah sedikit dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, serta menjadi penyebab luputnya kebaikan akhirat.

Kesabaran untuk taat kepada Allah bukanlah penyebab luputnya mendapatkan rezeki, karena sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik Dzat Yang Memberi rezeki. Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka.

Di dalam ayat-ayat ini (ayat 9 sampai 11 surat al-Jumu’ah) terdapat beberapa faidah dan pelajaran berharga, di antaranya:
Shalat Jum’at merupakan kewajiban atas seluruh kaum mukminin. Wajib atas mereka untuk bersegera menuju shalat Jum’at dan mencurahkan perhatian yang besar akan pentingnya amalan ini

Dua khutbah Jum’at merupakan kewajiban yang harus dihadiri, karena “dzikir” dalam ayat tersebut ditafsirkan dengan “dua khutbah”. Allah memerintahkan agar bersegera pergi untuk menuju kepada “dzikir” ini.

Disyariatkannya panggilan (adzan) untuk shalat Jum’at dan perintah untuk itu.

Larangan jual beli setelah dikumandangkan adzan Jum’at dan keharaman perbuatan tersebut. Tidaklah yang demikian itu melainkan karena jual beli akan menyebabkan terluputnya kewajiban dan tersibukkannya seseorang dari meraih kebaikan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu, walaupun hukum asalnya mubah, namun apabila menyebabkan terluputnya kewajiban, maka di saat itulah sesuatu tersebut hukumnya menjadi tidak boleh.

Perintah untuk menghadiri dua khutbah Jum’at dan celaan atas orang yang tidak menghadirinya, serta kewajiban untuk diam mendengarkan khutbah tersebut.

Sudah semestinya bagi seorang hamba untuk bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Pada saat ada faktor yang mendorong dirinya untuk bermain, berdagang, dan juga perkara syahwat, hendaknya ia ingat kebaikan yang ada di sisi Allah dan balasan dari-Nya apabila ia lebih mementingkan ridha-Nya daripada hawa nafsunya.

Sumber: Taisirul Karimir Rahman, Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah

Komentar