Bismillah...
Pada Tulisan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa dengan Akhlakul Karimah kita bisa mengetuk pintu surga. Maka pada tulisan kali ini adalah lanjutan dari tulisan tersebut yang belum sempat diselesaikan. Sebelum membaca tulisan ini alangkah baiknya anda membaca tulisan tersebut.
Akhlak Terbagi Dua : Tabiat dan Hasil Usaha
Akhlak yang baik pada seseorang, bisa jadi merupakan tabiat yang telah Allah patenkan dalam dirinya sejak awal. Ada pula yang akhlak yang didapatkan melalui latihan, pembiasaan, kerja keras, susah payah dan perjuangan. Dalam hal ini manusia terbagi menjadi 4 golongan :
1. Orang yang terhalang dari tabiat baik, tidak pula berjuang untuk mendapatkannya. Ini adalah jenis manusia yang paling celaka.
2. Orang yang terhalang dari tabiat baik, namun ada usaha untuk mendapatkannya.
3. Orang yang dikaruniai tabiat baik tapi tidak ada usaha untuk menyempurnakannya.
4. Orang yang dikaruniai tabiat baik, dan dia terus berjuang untuk menyempurnakannya. Inilah jenis manusia yang paling utama dalam hal akhlak.
Akhlak Kepada Allah
Akhlak yang baik tidak hanya terkait dalam pergaulan antar kita. Namun, seorang hamba haruslah terlebih dahulu memiliki akhlak yang mulia kepada Penciptanya, Allah Ta'ala. Hal ini terwujud dalam 3 hal pokok :
Pertama, menerima berita dari-Nya dengan sikap membenarkan dan menyakini, tanpa ada rasa ragu sedikitpun akan kebenaran berita yang Allah sampaikan. Akhlak yang demikian ini akan membentengi seorang muslim dari syubhat. Baik yang datang dari orang-orang kafir, maupun dari mereka yang imannya telah digerogoti oleh syaitan dan hawa nafsu.
Berita yang sampai kepada seorang muslim terkait dengan perkara goib, seperti sifat-sifat Allah, Hari Kiamat, atau kejadian yang telah lalu, atau hal-hal yang belum bisa dicerna oleh akal, harus diterima dengan ucapan sami'na wa shaddaqna "kami mendengar dan kami membenarkannya." Dan kita memahami berita-berita itu juga dengan pemahaman yang diwariskan oleh generasi terbaik umat ini.
Kedua, menerima hukum syar'i yang ditetapkan oleh Allah. Menjalankannya dengan penuh lapang dada. Tidak menolaknya. Baik dengan mengingkari hukumnya, meremehkannya, atau malas menjalankannya. Ini merupakan akhlak yang buruk kepada Allah.
Contoh nyata adalah shalat. Shalat adalah perkara yang membutuhkan pengorbanan. Bahkan sebuah aktivitas yang sangat berat bagi sebagian manusia. Sebagian muslimin menjalankannya dengan bermalas-malasan. Sehingga ditunaikan asal-asalan, secepat ayam mematuk pakan, tidak ada ketenangan apatah lagi penghayatan.
Lain halnya dengan orang yang berakhlak mulia kepada Allah. Syariat shalat dijunjung tinggi olehnya. Bagi mereka shalat adalah amalan yang ringan bahkan menjadi penyejuk mata dan jiwa. Shalat adalah bekal yang selalu ditekuni dengan sebaik-baiknya, sebelum datang hari perjumpaan dengan Allah. Shalat baginya adalah tiang agamat yang harus ditegakkan dengan sesempurna mungkin. Karena, ia sadar bahwa amalan inilah yang pertama kali akan dihisab oleh Allah di mahkamah-Nya kelak, sebelum diperhitungkan amalan-amalan yang lain.
Ketiga, Menerima takdir Allah dengan sikap sabar dan ridho. Saudara ku, diantara kewajiban seorang yang berakhlak baik kepada Allah adalah menerima takdir-takdir-Nya dengan sabar dan ridho. Kita semua mengerti, bahwa apa yang Allah takdirkan atas hamba-Nya tidaklah selamanya sesuai dengan keinginan hamba. Kadang sesuai keinginan tapi terkadang juga sebaliknya.
Semua orang ingin sehat, ingin kaya raya, ingin menjadi orang yang jenius. Namun, tidaklah semua yang diinginkan manusia terwujud. Allah takdirkan kesehatan dan rasa sakit, sebagaimana Allah takdirkan kekayaan dan kafakiran. Namun semua yang Allah takdirkan harus kita yakini, berjalan hikmah-Nya yang agung. Hanya Allah yang Maha Tahu akan hikmah yang terkandung dalam setiap ketetapan-Nya. Dengan sikap ini, qalbu seorang hamba akan senantiasa tenang, jiwa akan lapang, bersyukur dan selalu memuji Allah, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Ilmu-Nya meluputi segala-galanya.
--- Selesai ---
[Disadur dari tulisan Ustadz Abu Na'mah di Tashfiyah Edisi 28 vol.03 1434 H-2013M dengan sedikit perubahan]
Komentar
Posting Komentar